“MAKALAH KECAKAPAN ANTAR PERSONAL”
“KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN
DIRI”
NAMA
KELOMPOK : 1. PLASIDIUS YEREMIAS
MENGE BATE (150403010042)
2. MOH SHOLOHIN (150403010037)
PROGRAM STUDI TEKNIK INFROMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas berkat rahmat dan kasihNya, sehingga akhirnya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “KONSEP DIRI” makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Keterampilan Dasar Kebidanan”. Kami menyadari banyak kekurangan
dan hal-hal yang perlu ditambahkan pada tugas makalah ini. Kesempurnaan hanya
milik Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan
dari para pembaca. Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan
penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan
tentang pembahasan konsep diri keterampilan dasar kebidanan ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa bersama kita amin.
Yogyakarta,
Desember 2015
penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................
Tujuan
Penulisan...........................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konsep Diri.............................................................................
B.
Komponen-komponen Konsep
Diri...............................................................
C.
Macam-macam Konsep
Diri..................................................................................
D.
Dimensi-dimensi Konsep
Diri......................................................................................
E.
Perkembangan Konsep
Diri.................................................................................
F. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi dalam Konsep
Diri.....................................................
G.Peran
Konsep dalam Perilaku Aktualisasi
Diri...................................................................
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B. DAFTAR FUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Salah
satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri
(self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada
manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup
lainnya.
Konsep
diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi
orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk
berkembang. Perkembangan yang berlangsung kemudian membantu pembentukan konsep
diri individu yang bersangkutan.
Segala keberhasilan banyak bergantung kepada
cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif
terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang
seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu
sangatlah penting untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri
sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami klien.
2. TUJUAN PENULISAN
1.
Memahami Konsep Diri
2.
Memahami Komponen-komponen Konsep Diri
3.Memahami
Macam-macam Konsep Diri
4.
Memahami Dimensi-dimensi Konsep Diri
5.
Memahami Perkembangan Konsep Diri
6.
Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri
7.
Memahami.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
Manusia
adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, misalnya “saya kuat dalam
matematika”.
Konsep
diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari
perasaan, sikap & persefsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan
kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan
hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia
muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu
mempengaruhi konsep diri. Jika seseorang mempunyai masa kanak-kanak yang aman
dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan
sangat stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan
konsep diri dapat menjadi sumber stres atau konflik.
Konsep
diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien
yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan
konsep diri. Termasuk persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek, tujuan serta keinginannya. Lebih menjelaskan bahwa konsep diri
adalah cara individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional,
intelektual, sosial, dan spiritual.
Konsep
diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya.
Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu
mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri berkembang dengan
baik apabila : budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan
positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat
beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari
adaptif sampai maladaptive.
Beberapa
Pengertian konsep diri menurut para ahli : Menurut Burns (1982), konsep diri
adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan
Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang
dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari
individu tersebut.
Stuart dan
Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Seifert dan Hoffnung (1994)
mendefinisikan
konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep
diri.“ Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan
individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya,
kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya. Santrock
(1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu
dari konsep diri.
Atwater
(1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Secara keseluruhan disimpulkan
bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh
dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu
dalam berhubungan dengan orang lain.
B. Komponen-komponen Konsep Diri
Konsep
diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri
(Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas(self idencity).
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body
Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun
tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan
dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan
pengalaman-pengalaman baru.
Body image berkembang secara
bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan
struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh)
dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada
stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan
fungsi (Potter & Perry, 2005).
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu
tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan
cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat
tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan
sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada
masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan
harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri.
Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada
orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang
merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung
jawab.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian
tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai
dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri,
sebaliknya individu akan merasa dirinya negative,
relatif
tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak
diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil
dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena
pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang
harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap
perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan
fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa
peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur
kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
e. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran
tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian
dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang
yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda
dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa
kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri
ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai
diri, mengatur diri dan menerima diri.
C. Macam-macam Konsep Diri
Ada
dua macam konsep diri, yaitu :
Konsep
diri negatif : peka pada kritik, responsif sekali pada pujian, hiperkritis,
cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimitis pada
kompetensi.
Konsep
diri positif : yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan
orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar akan keinginan dan perilaku
tidak selalu disetujui oleh orang lain, mampu memperbaiki diri.
Hal-hal yang perlu dipahami tentang
konsep diri adalah :
Dipelajari
melalui pengalaman dan interaksi individu dengan oranglain. b.Berkembang secara
bertahap adalah sebagai berikut:
. Ditandai dengan kemampuan
intelektual dan penguasaan lingkungan(positif).
. Negatif ditandai dengan hubungan individu dan sosial
yang mal adaptif.
. Merupakan aspek kritikal yang mendasar dan
pembentukan perilaku individu.
. Hal-hal yang penting dalam konsep diri adalah :
. Nama dan panggilan anak.
. Pandangan individu terhadap orang lain.
. Suasana keluarga yang harmonis.
. Penerimaan keluarga
D. Dimensi - Dimensi Dalam Konsep Diri
Williams
Fitts (dalam agustiani, 2006) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok,
yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi Internal
Dimensi
Internal atau yang disebut juga kerangka acuan (internal frame of reference)
adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan
individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya.
Dimensi ini terdiri dari tiga
bentuk:
a. Diri identitas (identity sett)
Bagian
diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada
pertanyaan, "Siapakah saya?" Dalam pertanyaan tersebut tercakup
label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu
yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya,
misalnya "Saya x". Kemudian dengan bertambahnya usia dan interaksi
dengan lingkungannya, pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah,
sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan halhal yang
lebih kompleks, seperti "Saya pintar tetapi terlalu gemuk " dan
sebagainya.
b. Diri Pelaku (behavioral self)
Diri
pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan
segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan oleh diri. Selain itu bagian ini
berkaitan erat dengan diri identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya
keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat
mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku.
Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai.
c. Diri Penerimaan/penilai (judging
self)
Diri
penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.
Kedudukannya adalah sebagai perantara mediator) antara diri identitas dan diri
pelaku. Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang
dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenal pada dirinya
bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya tetapi juga sarat dengan nilai-nilai.
Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan
ditampilkannya. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau
seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan
menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan akan mengembangkan
ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya.
Sebaliknya,
bagi individu yang memiliki kepuasan
diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih
memungkinkan individu yang bersangkutan untuk merupakan keadaan dirinya dan
memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya dapat
berfungsi lebih konstruktif. Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang
berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri
yang utuh dan menyeluruh.
2. Dimensi Eksternal
Pada
dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas
sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta halhal lain di luar dirinya.
Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan
sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi yang dikemukakan
oleh Williams Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua
orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:
a. Diri Fisik (physical self)
Diri
fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik.
Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya,
penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya
(tinggi, pendek, gemuk, kurus).
b. Diri etik-moral (moral-ethical
self)
Bagian
ini merupakan perspsi seseorang terhadap dirinya dilihat Dari standar
pertimbangan nilai moral dan etika. Maka ini menyangkut persepsi seseorang
mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya
dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang muliputi batasan baik dan buruk.
c. Diri Pribadi (personal self)
Diri
pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya.
Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain,
tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana individu merasa puas terhadap pribadinya
atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.
d. Diri Keluarga (family self)
Diri
keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya
sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa
adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, Serta terhadap peran maupun
fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.
e. Diri Sosial (social self)
Bagian
ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain
maupun lingkungan di sekitarnya. Pembentukan penilaian individu terhadap
bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh
penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja
menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain
yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Demikian Pula
seseorang tidak dapat mengatakan bahwa dirinya memiliki diri pribadi yang baik
tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain di sekitarnya yang menunjukkan
bahwa dirinya memang memiliki pribadi yang baik.
E. Perkembangan Konsep Diri
Puspitasari (2007), mengatakan
bahwa konsep diri merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, proses menilai
yang bersifat organismik, bukan lagi bersifat statis tetapi mampu untuk
menyesuaikan kembali dan berkembang sebagai pengalaman-pengalaman baru yang
terintegrasikan. Konsep diri berkembang sesuai dengan perkembangan diri jiwa
seseorang, maupun dari pengalaman-pengalaman yang seseorang temukan.
Menurut Symonds (2008), mengatakan
bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi
mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif. Persepsi
tentang diri yang ada pada remaja akan berkembang sesuai dengan tahapan.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki
manusia tidak terbentuk secara instan, melainkan dengan proses belajar
sepanjang hidup manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki
pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan yang ingin dicapainya serta
tidak memiliki penilaian terhadap dirinya. Konsep diri berasal dan berkembang
sejalan pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan individu lain.
Dalam berinteraksi, setiap individu
akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi
individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Pada akhirnya individu
mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat
melakukan penilaian terhadap dirinya.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri
Rahmat
(dalam Wijaya 2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah:
a. Orang Lain
Tidak
semua orang memiliki pengaruh yang sama pada masing-masing diri individu,
tetapi yang paling berpengaruh pada diri individu tersebut adalah orang-orang
terdekat seperti orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan
individu yang bersangkutan karena memiliki hubungan yang emosional.
b. Kelompok Rujukan
Setiap
kelompok memiliki norma-norma tertentu dimana ada kelompok yang secara
emosional mengikat individu dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri.
Menurut
Hurlock (dalam Wijaya 2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsep
diri adalah:
a. Usia Kematangan
Individu yang matang lebih awal
yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri
yang menyenangkan. Individu yang matang terlambat yang diperlakukan seperti
anak-anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan.
b.
Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda
membuat individu merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya
tarik fisik. Setiap cacat fisik merupakan hal yang memalukan yang mengakibatkan
perasaan rendah diri.sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang
menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
c. Jenis Kelamin
justify;"> Jenis Kelamin dalam penampilan diri, minat
dan prilaku membantu individu mencapai konsep diri yang baik. Jika membuat
individu sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada prilakunya.
d. Nama Dan Julukan
Individu merasa malu jika
teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau jika mereka memberikan
julukan bernada cemooh.
e. Hubungan Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan anggota keluarga mengidentifikasikan diri dengan orang
lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama
jenis individu akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk
dirinya.
f. Teman Sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian
individu dalam 2 cara yang pertama, konsep diri individu merupakan cerminan
dari anggapan mengenai konsep teman tentang dirinya. Kedua, ia berada dalam
tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompoknya.
g. Kreatifitas
Individu yang semasa kanak-kanak
didorong agar kreatifitas dalam melakukan tugas-tugas akademik, mengembangkan
perasaan individualitas dan identitas yang mempengaruhi konsep dirinya.
h. Cita-cita
Bila cita-cita yang tidak
realistis, ia akan mengalami kegagalan. Sedangkan individu yang memiliki
cita-cita yang realistis akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri
yang lebih besar untuk memberikan konsep diri yang baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah: keluarga dan lingkungan.
Keluarga adalah orang tua yang berpengaruh besar terhadap perkembangan konsep
diri individu. Kemudian lingkungan sangat berpengaruh, terutama bagi orang yang
mempunyai arti khusus bagi diri individu, orang lain, kelompok rujukan, usia
kematangan, penampilan diri, jenis kelamin, nama dan julukan, hubungan
keluarga, teman sebaya, kreatifitas, cita-cita.
G. Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi
Diri
Roger (Coulhorn,
1990) mengatakan bahwa
meskipun diri mempunyai
tendensi inheren untuk
mengaktualisasikan diri, namun sangat mudah dipengaruhi oleh
lingkungan, khususnya oleh lingkungan sosial. Pengalaman pada masa kanak-kanak
memiliki peranan yang sangat besar
dalam menentukan keberhasilan
individu tersebut untuk mengaktualisasikan diri. Sebagai bagian
dari konsep diri,
individu juga akan mengembangkan gambaran
akan menjadi siapa
atau mungkin ingin menjadi siapa dirinya nanti (diri ideal). Gambaran-gambaran
itu dibentuk sebagai akibat dari
bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang
lain. Dengan mengamati
reaksi orang lain
terhadap tingkah lakunya, individu
secara ideal akan
mengembangkan suatu pola kemungkinan adanya
beberapa ketidakharmonisan antara
diri yang sebagaimana adanya
dengan diri ideal
dapat diperkecil. Karena ketidaksesuaian antara
gambaran diri yang
sebenarnya dengan diri
ideal akan menimbulkan ketidakpuasan
dalam penyesuaian diri. Hal
ini disebabkan sebagian besar
penilaian tentang harga
diri tergantung pada seberapa dekat seseorang dengan ideal self-nya. Semakin dekat diri yang
sebenarnya dengan diri ideal, semakin tinggi pula harga diri
seseorang.Harga diri merupakan
evaluasi seseorang terhadap
diri sendiri,yang menyatakan
sikap menerima atau
menolak, bahkan lebih
jauh dikemukakan bahwa harga
diri akan menunjukkan
seberapa besar seseorang percaya
bahwa dirinya mampu,
berarti berhasil dan
beharga. Harga diri ini
akan menentukan penerimaan
diri, menurut Jersild (Hurlock, 1974)
adalah individu dapat
menerima emosi-emosinya,
memiliki keyakinan akan
kemampuannya untuk mengatasi
hidup, mau menerima tanggung
jawab dan tantangan terhadap kemampuannya, tanpa menjangkau hal-hal
yang tidak mungkin
dan mempunyai penghargaan yang sehat
terhadap hak-haknya dan
diri sebagai orang
yang berguna meskipun tidak sempurna.
Penerimaan diri ini bukan berarti merasa puas terhadap diri
sendiri, tetapi lebih
cenderung kepada kemauan
untuk menghadapi kenyataan-kenyataan dan
kondisi-kondisi hidup, baik
yang menyenangkan ataupun tidak, menurut kemampuannya.Dalam kaitannya
dengan aktualisasi diri, Rogers (Coulhoun, 1990) mengatakan bahwa
kunci dari aktualisasi
diri adalah konsep
diri. Orang yang positif berarti
memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka menganggap
dirinya berharga dan
cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya,
orang yang memiliki konsep diri negatif,
menunjukkan penerimaan diri
negatif pula. Mereka
memiliki perasaan kurang berharga,
yang menyebabkan perasaan
benci atau penolakan terhadap
diri sendiri.Johnson dan Medinnus (dalam Hurlock, 1974) mengatakan bahwa konsep diri yang
positif yang nampak dalam bentuk penghargaan terhadap diri sendiri
dan penerimaan diri
adalah merupakan
dasar perkembangan kepribadiaan
yang sehat. Oleh karena itu sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa
kepribadian yang sehat merupakan syarat dalam mencapai aktualisasi diri, maka
hanya orang yang memiliki konsep diri positif saja yang akan dapat
mengaktualisasikan diri sepenuhnya. Sedangkan orangorang yang
memiliki konsep diri
negatif cenderung mengembangkan gangguan dalam
penyesuaian diri. Hal
ini disebabkan adanya ketidakharmonisan (incongruence) antara
konsep diri dengan
kenyataan yang mengitari mereka
atau dengan kata
lain mereka tidak
dapat mengembangkan
kepribadian yang sehat.
Oleh karena itu
mereka tidak dapat
mengaktualisasika semua segi dari dirinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan
pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih
dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab
keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah
peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu
klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada
beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal
idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi
suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Handry, M
dan Heyes, S. 1989. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Hurlock,
Elizabeth B., Alih Bahasa : Med Meitasari T dan Muslichah Z., 1990.
Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Sunaryo.
2004. Psikologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta
Susilawati
dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Jelle, HL
dan Ziegler, JD. 1992. Personalities Theories Third Edition. New York: McGraw
Hill.
Markus H
dan Nurius P. 1986. Possible Serve American Psichologist.
Rogers, C.
R. 1980. A Way of Being. Boston: Hougton Mifflin.
Monks,
F.J, Knoers, A. M. P, Haditono. 1998. S, Psikologi Perkembangan: Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Santrock
J. W. 1995. Life Span Development Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

No comments:
Post a Comment